Selasa, 07 Februari 2012

Renugan



NAMA BAIK LEBIH BERHARGA DARI KEKAYAAN

Baca:  Amsal 22:1-16

"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas."  Amsal 22:1

Siapakah yang disebut orang kaya?  Menurut penilaian dunia, seseorang bisa dikatakan kaya apabila ia memiliki banyak uang atau harta kekayaan tanpa mempedulikan nama baik.  Bagi dunia, harta kekayaan tak memerlukan adanya reputasi yang baik.  Meskipun kekayaan yang dimiliki itu berasal dari kecurangan, korupsi atau dukun, tak jadi masalah, orang-orang dunia tetap menyebutnya kaya.  Tetapi Akitab dengan tegas menyatakan demikian:  "Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar,..."  (ayat nas).

     Bagi orang percaya, memiliki harta yang melimpah bukanlah tujuan utama hidup ini.  Tertulis:  "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?  Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?"  (Matius 16:26).  Jadi, memiliki nama baik di hadapan Tuhan adalah seorang yang hidupnya senantiasa menyenangkan hati Tuhan, setia dan taat meakukan segala firmanNya, dan  "Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan."  (Amsal 22:4).  Jadi, apabila kita mempunyai nama baik sesuai dengan penilaian Tuhan berarti kita mempunyai kekayaan besar.  Tuhan juga berkata,  "Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah."  (1 Samuel 2:30b).

     Kekayaan yang berasal dari Tuhan itu mendatangkan sukacita dan kedamaian karena bukan berasal dari kecurangan, manipulasi, suap atau korupsi.  Ada tertulis demikian:  "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya."  (Amsal 10:22).  Sebaliknya kekayaan yang diperoleh secara instan dan melalui  'jalan yang tidak wajar'   akan mendatangkan kecemasan.  Salomo menasihati,  "...orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman."  (Amsal 28:20), oleh karena itu  "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini."  (Amsal 23:4).

Adalah sia-sia memiliki kekayaan yang melimpah bila kita tidak memiliki  'nama baik'.


PERSIMPANGAN JALAN YANG MENENTUKAN

Baca:  1 Samuel 10:1-16

"Lalu Samuel mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas kepala Saul, diciumnyalah dia sambil berkata: "Bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas umat-Nya Israel? Engkau akan memegang tampuk pemerintahan atas umat Tuhan...;"  1 Samuel 10:1

Perjalanan hidup seseorang sangat ditentukan oleh pilihan-pilihan hidup yang diambilnya.  Hidup ini penuh dengan jalan cadas dan berliku-liku.  Adakalanya kita diperhadapkan dengan persimpangan-persimpanan jalan yang membahayakan.  Jangan sampai kita tersesat!

     Salah memilih jalan di persimpangan dapat mengubah keadaan kita seumur hidup.  Ketika tiba-tiba datang badai menerpa dan kita diperhadapkan dengan suatu pilihan yang harus kita jalani, mana yang akan kita tempuh?  Apakah kita terus berjalan menurut kehendak kita sendiri ataukah kita datang kepada Tuhan dan memohon tuntunanNya seperti doa Daud ini?  "Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah itu kepadaku."  (Mazmur 25:4).  Bila setiap hari kita berjalan dengan Tuhan dan menyerahkan jalan hidup kita sepenuhnya ke dalam pimpinanNya untuk menentukan jalan mana yang harus kita tempuh, kita dengan yakin dapat berkata,  "Tuhan, pimpin aku, ke mana pun jalan yang hendak Kautunjukkan."  Pada awalnya Saul dan Daud tak jauh berbeda.  Kedua pemuda ini sama-sama diurapi Tuhan dan sama-sama memiliki paras yang elok.  Tertulis:  "...Saul, seorang muda yang elok rupanya;  tidak ada seorangpun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya:  dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya."  (1 Samuel 9:2).  Demikian juga Daud,  "Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok."  (1 Samuel 16:12b).

     Apakah Tuhan memilih kedua pemuda ini karena faktor fisik?  Tentu tidak!  Alkitab menegaskan,  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;  manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).  Baik Saul maupun Daud memulai kariernya dengan penuh kerendahan hati dan dimahkotai menjadi raja pada usia yang hampir sama pula, hingga suatu saat mereka dihadapkan pada persimpangan, jalan mana yang harus dipilih.  Dari jalan yang ditempuhnya ini karir Daud terus menanjak dan kehormatan ia dapatkan.  Sebaliknya, karena menempuh jalan yang salah, Saul jatuh terjerumus dan akhir hidupnya pun menjadi sangat tragis.

"Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya,..."  Amsal 10:9


SUDAH TERUJIKAH KESETIAAN KITA?

Baca:  Markus 14:66-72

"Tetapi ia menyangkalnya dan berkata:  'Aku tidak tahu dan tidak mengerti apa yang engkau maksud.'  Lalu ia pergi keserambi muka  (dan berkokoklah ayam)."  Markus 14:68

Menjelang hari penyalibanNya Tuhan Yesus mempersiapkan diri dengan berdoa.  Ia mengajak serta Petrus, Yakobus dan juga Yohanes ke taman Getsemani.  Setiba di situ Yesus maju sedikit beberapa langkah dan berdoa sendiri kepada Bapa.  Ia pun berpesan agar ketiga muridNya itu tetap berjaga-jaga.  Namun ketika Yesus datang kembali Ia menjumpai ketiganya sedang tertidur,  "Dan Ia berkata kepada:  'Simon, sedang tidurkah engkau?  Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam?'"  (Markus 14:37b).

     Peristiwa di atas terjadi sampai tiga kali ketika Tuhan Yesus menjumpai mereka sedang tidur.  Petrus yang semula begitu yakin akan dirinya, bahwa ia tidak akan meninggalkan Tuhan Yesus sekali pun murid-murid yang lain meninggalkannya  (bahkan ia berani mati untuk Tuhan Yesus), kini dijumpai tertidur dan tidak mau berdoa.  Bukankah hal ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan anak-anak Tuhan saat ini yang merasa diri sudah yakin akan kekuatan diri sendiri, sehingga menjadi lengah dan tidak mau berdoa lagi?  Tuhan Yesus mengingatkan,  "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:  roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Petrus mengandalkan kekuatan sendiri, berjalan menurut kehendak dan jalan pikirannya sendiri.  Keadaannya tentu berbeda jika ia mengandalkan Roh Kudus, di mana Roh Kudus yang akan memimpinnya seperti tertulis:  "...Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;"  (Yohanes 16:13a).

     Meninggalkan jam-jam doa akan membawa kita semakin jauh dari Tuhan, bahkan dapat menyebabkan kita meningalkan Tuhan.  Ketika Tuhan Yesus ditangkap, murid-muridNya meninggalkan Dia, tak terkecuali Petrus, dan pada waktu Tuhan Yesus dibawa menghadap Imam Besar,  "...Petrus mengikuti Dia dari jauh, sampai ke dalam halaman Imam Besar,..."  (Markus 14:54).  Baru saja Petrus berkata bahwa ia tak akan meninggalkan Tuhan Yesus  -bahkan berani mati bersama Tuhan Yesus-, sebelum ayam berkokok dua kali sudah menyagkalNya tiga kali.  Petrus tidak hanya menyangkal, bahkan  "...mengutuk dan bersumpah:  'Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!'"  (Markus 14:71).

Bagaimana dengan kita?  Benarkah kita setia kepada Tuhan ataukah kita sudah menyangkalNya melalui perbuatan kita tanpa kita sadari?


 


ROH KUDUS: Mengalahkan Roh Jahat!


Baca:  1 Yohanes 4:1-6

"Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu;  sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  1 Yohanes 4:4

Setiap orang percaya yang sudah lahir baru mempunyai Roh Tuhan atau Roh Kudus di dalam hatinya. Tertulis demikian:  "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?"  (1 Korintus 3:16).  Roh Kudus yang ada di dalam diri kita, anak-anak Tuhan, menjadi kunci kemenangan kita sehingga kita dapat mengalahkan nabi-nabi palsu yang ada.  Ini berarti kita dapat mengalahkan roh-roh jahat atau penghulu-penghulu di udara, sebab di dalam diri nabi-nabi palsu berdiam roh-roh jahat.  Namun mengapa masih banyak di antara kita yang ternyata kalah dan tak berdaya ketika menghadapi tipu muslihat Iblis?  Ini disebabkan kita belum tahu bahwa kemenangan Tuhan Yesus atas kuasa dosa adalah kemenangan kita juga.  Kita tak berani sepenuhnya berdiri di atas kebenaran firman Tuhan untuk melawan si Iblis, padahal kemenangan itu adalah hak setiap orang percaya.

     Untuk dapat memperoleh apa yang telah menjadi hak kita  (yaitu kemenangan)  kita harus percaya tentang kemenangan yang telah dibuat Tuhan Yesus dan kekalahan si Iblis.  Jadi sebetulnya kita tak peru berperang lagi melawan si Iblis sebab Alkitab sudah dengan tegas menyatakan bahwa Iblis telah dikalahkan oleh Kristus.  Meski demikian, setiap hari kehidupan orang percaya tak pernah lepas dari peperangan rohani, tapi bukan peperangan mengalahkan Iblis itu sendiri, tapi melawan tipu muslihatnya.

     Oleh karena itu  "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;  karena perjuangan kita bukanah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah  (kuasa kegelapan - Red), melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  (Efesus 6:11-12).  Roh-roh jahat ini berlagak seakan-akan masih berkuasa dan ingin menipu kita dengan tipu muslihatnya.  Sehingga seringkali tipu muslihat Iblis ini membuat anak-anak Tuhan menjadi takut dan tawar hati.

Kristus telah mengalahkan Iblis:  "Maut telah ditelan dalam kemenangan.  Hai maut di manakah kemenanganmu?  Hai maut, di manakah sengatmu?"  1 Korintus 15:54-55


KUASA INJIL TIDAK PERNAH BERUBAH

Baca:  Kisah Para Rasul 14:1-20

"Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya."  Kisah 14:15b

Biasanya keselamatan sealu dikaitkan dengan pengampunan dosa melalui pengorbanan darah Kristus di atas kayu salib dan juga  'kelahiran baru'  di dalam Dia.  Memang benar, sebab pengampunan dosa dan juga lahir baru adalah dua hal penting yang saling terkait.

     Sesungguhnya keselamatan itu mempunyai aspek yang sangat luas.  Keselamatan juga berarti sukacita, damai sejahtera, kelepasan, perlindungan, kemenangan, pemulihan dan juga kesembuhan jasmani dan rohani.  Kita melihat dan menyaksikan di acara KKR, ketika Injil keselamatan diberitakan, kuasa Tuhan dinyatakan sehingga terjadi banyak mujizat:  yang buta melihat, yang lumpuh berjalan dan sebagainya.  Salah satu contohnya adalah yang terjadi di Listra.  Ketika rasul Paulus memberitakan Injil di situ,  "...ada seorang yang duduk saja, karena lemah kakinya dan lumpuh sejak ia dilahirkan dan belum pernah dapat berjalan.  Ia duduk mendengarkan, ketika Paulus berbicara.  Dan Paulus menatap dia dan melihat, bahwa ia beriman dan dapat disembuhkan.  Lalu kata Paulus dengan suara nyaring:  'Berdirilah tegak di atas kakimu!'  Dan orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian ke mari."  (Kisah 14:8-10).  Luar biasa!  Kuasa Injil keselamatan benar-benar nyata.  Setelah mendengar Injil orang yang lumpuh itu mengalami mujizat kesembuhan.  Begitu berkuasanyakah Injil itu?  Alkitab menegaskan demikian:  "...Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya...Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis:  'Orang benar akan hidup oleh iman.'"  (Roma 1:16-17).

     Apabila kita memberitakan Injil yang sama yang diberitakan Paulus pastilah akan terjadi pelepasan kuasa Tuhan dari sorga.  Sayangnya banyak orang meremehkan kuasa Tuhan;  mereka beprikir bahwa zaman mujizat itu sudah lewat.  Perhatikanlah ini:  "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya."  (Ibrani 13:8).  Kuasa Injil tak pernah berubah di sepanjang abad.

Mujizat Tuhan selalu ada dan tetap terjadi asal kita percaya dengan penuh iman karena Injil Kristus tak pernah berubah kuasaNya!


MASIH MENYIMPAN KEPAHITAN?

Baca:  Efesus 4:17-32

"Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan."  Efesus 4:31

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan akhirnya tahun pun berganti tahun menunjukkan bahwa segala sesuatu ada akhirnya dan selalu berubah.  Bila segala sesuatu harus ada akhirnya dan berganti dengan suasana baru, bagaimana dengan keadaan dan suasana hati kita?  Apakah juga sudah mengalami pembaharuan?  Jika di masa-masa lalu terjadi kegeraman, pertikaian, saling membenci, saling memfitnah di antara keluarga, teman, rekan sepelayanan atau di mana saja, apakah sampai hari ini rasa itu masih tertanam di dalam kita, sehingga timbul suatu akar pahit?  Apakah kita terus diam saja dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa, padahal di hati kita masih berkemelut rasa dendam, pahit dan sakit hati?

     Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak boleh terus-menerus menyimpan akar pahit itu.  Harus segera dibereskan!  Kita harus dengan rendah hati datang kepada Tuhan Yesus dan membuka hati kita untuk dijamah dan diselidiki oleh Roh Kudus sehingga kita menyadari segala perbuatan salah kita dan bukan sebaliknya:  kita tetap merasa benar dan menyalahkan orang lain.  Jika telah diperdamaikan atau ditegur oleh pihak lain demi kebaikan kita janganah kita marah dan dendam.  Ingat,  "Apabila kamu menjadi marah, janganah kamu berbuat dosa:  janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis."  (Efesus 4:26-27).  Sebaliknya  "...hendakah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."  (Efesus 4:32).  Jangan pernah berharap Tuhan akan mengampuni kita apabila kita tidak mau mengampuni orang lain.  Ditegaskan kembali demikian:  "...jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.  Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang.  Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."  (Matius 6:14-15).

     Tuhan tidak menghendaki kita memiliki dendam dan terus-menerus menyimpan akar pahit.  Kita harus bersikap ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni satu sama lain.

Kita yang telah beroleh pengampunan dari Tuhan juga harus mau membuka hati untuk mengampuni orang lain, dan buanglah semua kepahitan yang ada!

 


BENIH UNTUK DITABUR


Baca:  2 Korintus 9:6-15

"Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;"  2 Korintus 9:10

Di dalam kehidupan ini semuanya tak lepas dari hukum tabur-tuai.  Berbicara mengenai tuaian, kita diajak untuk mengetahui prinsip menabur dan menuai.  Alkitab menyatakan bahwa,  "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam"  (Kejadian 8:22).  Di sini kita melihat bahwa prinsip menabur dan menuai itu akan selalu berlangsung terus-menerus selama bumi masih ada.

     Segala sesuatu dalam kehidupan ini berasal dari benih, baik itu tanaman, binatang atau juga manusia.  Perihal benih, Tuhan Yesus mengatakan tentang diriNya,  "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."  (Yohanes 12:24).  Jikalau kita ingin biji (benih) yang kita taburkan menghasilkan buah yang banyak, ia harus mati, artinya ditanam ke dalam tanah.  Tuhan Yesus mengumpamakan dirinya sebagai benih atau biji gandum.  Karena itu Dia harus mati, karena jika tidak, Dia tetap tinggal seorang;  namun apabila Dia mati dan bangkit kembali akan memunculkan banyak anak Tuhan, yaitu orang percaya, di muka bumi ini.

     Firman Tuhan adalah benih yang harus ditaburkan dalam hati setiap manusia.  Jika benih firman itu jatuh di tanah hati yang baik tentunya akan bertumbuh dengan baik dan pada akhirnya menghasilkan buah yang lebat.  Karena itu kita yang telah menerima segala sesuatu dari Tuhan melalui firmanNya harus pula memberi atau menabur.  Dalam ayat nas dikatakan bahwa,  "Ia yang menyediakan benih bagi penabur,"  Ada pun benih dalam kerajaan Tuhan adalah firmanNya.  Firman Tuhan adalah sumber kehidupan manusia, oleh karena itu patuhilah firman itu diberitakan ke seluruh penjuru dunia dan merupakan tugas dan tanggungjawab kita.  FirmanNya berkata,  "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran."  (2 Timotius 4:2).

Siapa pun yang menabur benih firman Tuhan akan juga menuai segala kebajikan dan kehidupan kekal dari hasil taburan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar